Baiklahsebelum membahas tajwidnya berikut adalah ayat dan terjemahannya Surat An Nisa Ayat 136. Terjemahannya : orang yang beriman ! Tetaplah beriman kepada Alloh dan RosulNya ( Muhammad) dan kepada Kitab Al qur'an yang diturunkan kepada RosulNya, serta kitab yang duturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Alloh, Malaikat - malaikat
FormatMP3 Download: Murottal Al Quran Juz 26 MP3 & MP4 Download lagu Murottal Al Quran Juz 26 MP3 dapat kamu download secara gratis di MetroLagu A sweet recitation in Arabic by Shaykh Sa'ad al-Ghamdi of the 30th Juz followed by English translation of the meaning read by El-Hajj Mauri Saalakhan Scopus Indexed Conference 2021 Murottal Al Quran
Tiapsurah di dalam Al Quran memiliki kandungan isi masing-masing. Termasuk surah An Nisa ayat 59. Apa isinya? MENU. detikcom Berita dan Informasi Surat an nisa ayat 59 arab Terkini dan Terbaru Hari ini - detikcom. Semua Berita; Berita; Foto;
Suratan nisa ayat 59, al maidah ayat 48 dan at taubah ayat 105 dalam materi kelas xi termasuk aspek al quran. Penjelasan dan Pembahasan Jawaban a. fiqih menurut saya ini salah, karena sudah menyimpang jauh dari apa yang ditanyakan.
softwareQur’an in word, Holy qur’an, ensiklopedi hadits. Kedua, website yang terdiri dari; al-qur’an online dan aplikasi hadits online. Ketiga, E-book materi Al-Qur’an Hadits. Daam pemanfaatan TIK di MA menggunakan model tutorial dan drill. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan dua
seni budaya merupakan hasil dari manusia. Ayat 51. Ayat 52. وَمَنْ لَعَنَهُمُ اللّٰهُۗ الَّذِيْنَ أُولٰئِكَ dilaknat Allah orang-orang yang نَصِيْرًا لَهٗ فَلَنْ تَجِدَ يَّلْعَنِ اللّٰهُ penolong baginya niscaya engkau tidak akan mendapatkan dilaknat Allah Ayat 53. مِّنَ الْمُلْكِ نَصِيْبٌ أَمْ لَهُمْ dari kerajaan kekuasaan bagian ۙ نَقِيْرًا النَّاسَ فَإِذًا لَّا يُؤْتُوْنَ sedikit pun kebajikan kepada manusia meskipun mereka tidak akan memberikan Ayat 54. اٰتٰهُمُ اللّٰهُ عَلٰى مَا النَّاسَ أَمْ يَحْسُدُوْنَ yang telah diberikan Allah kepadanya karena apa kepada manusia Muhammad ataukah mereka dengki الْكِتٰبَ اٰلَ إِبْرَاهِيْمَ فَقَدْ اٰتَيْنَا مِنْ فَضْلِهٖۚ Kitab kepada keluarga Ibrahim sungguh, Kami telah memberikan عَظِيْمًا مُّلْكًا وَاٰتَيْنٰهُمْ وَالْحِكْمَةَ yang besar kerajaan kekuasaan dan Kami telah memberikan kepada mereka dan Hikmah Ayat 55. صَدَّ وَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ بِهٖ فَمِنْهُمْ مَّنْ menghalangi orang beriman dan ada pula yang beriman kepadanya maka di antara mereka yang dengki, ada yang سَعِيْرًا بِجَهَنَّمَ وَكَفٰى عَنْهُۗ yang menyala-nyala apinya neraka Jahanam kepadanya Ayat 56. سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ بِاٰيٰتِنَا كَفَرُوْا إِنَّ الَّذِيْنَ kelak akan Kami masukkan kepada ayat-ayat Kami kafir sungguh, orang-orang yang بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدُهُمْ كُلَّمَا نَضِجَتْ نَارًاۗ maka Kami ganti kulit mereka kulit mereka setiap kali hangus الْعَذَابَۗ لِيَذُوْقُوا غَيْرَهَا جُلُوْدًا azab agar mereka merasakan yang lain dengan kulit حَكِيْمًا عَزِيْزًا إِنَّ اللّٰهَ كَانَ Mahabijaksana Mahaperkasa sungguh, Allah Ayat 57. وَعَمِلُوا اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ dan mengerjakan beriman تَجْرِيْ جَنّٰتٍ سَنُدْخِلُهُمْ الصّٰلِحٰتِ yang mengalir ke dalam surga kelak akan Kami masukkan kebajikan فِيْهَا خٰلِدِيْنَ الْأَنْهٰرُ مِنْ تَحْتِهَا di dalamnya mereka kekal sungai-sungai di bawahnya أَزْوَاجٌ فِيْهَا لَهُمْ أَبَدًاۗ pasangan-pasangan mereka mempunyai selama-lamanya ظَلِيْلً ظِلًّا وَّنُدْخِلُهُمْ مُّطَهَّرَةٌۙ lagi nyaman ke tempat yang teduh dan Kami masukkan mereka yang suci Ayat 58. الْأَمٰنٰتِ أَنْ تُؤَدُّوا يَأْمُرُكُمْ إِنَّ اللّٰهَ amanat menyampaikan menyuruhmu أَنْ تَحْكُمُوْا بَيْنَ النَّاسِ وَإِذَا حَكَمْتُمْ إِلٰى أَهْلِهَاۙ hendaknya kamu menetapkannya di antara manusia dan apabila kamu menetapkan hukum kepada yang berhak menerimanya يَعِظُكُمْ بِهٖۗ نِعِمَّا إِنَّ اللّٰهَ بِالْعَدْلِۗ yang memberi pengajaran kepadamu sebaik-baik dengan adil بَصِيْرًا سَمِيْعًا إِنَّ اللّٰهَ كَانَ Maha Melihat Maha Mendengar Ayat 59. وَأَطِيْعُوا أَطِيْعُوا اللّٰهَ اٰمَنُوْا يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ dan taatilah beriman wahai orang-orang yang فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ مِنْكُمْۚ وَأُولِى الْأَمْرِ الرَّسُوْلَ kemudian, jika kamu berbeda pendapat di antara kamu dan Ulil Amri pemegang kekuasaan Rasul Muhammad وَالرَّسُوْلِ إِلَى اللّٰهِ فَرُدُّوْهُ فِيْ شَيْءٍ dan Rasul sunnahnya kepada Allah Al-Quran maka kembalikanlah tentang sesuatu وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ بِاللّٰهِ تُؤْمِنُوْنَ إِنْ كُنْتُمْ dan hari kemudian kepada Allah beriman jika kamu ؑ تَأْوِيْلًا وَّأَحْسَنُ خَيْرٌ ذٰلِكَ akibatnya dan lebih baik lebih utama bagimu yang demikian itu
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Arab-Latin Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlāArtinya Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. An-Nisa 58 ✵ An-Nisa 60 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Menarik Berkaitan Surat An-Nisa Ayat 59 Paragraf di atas merupakan Surat An-Nisa Ayat 59 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam hikmah menarik dari ayat ini. Ada aneka ragam penjelasan dari kalangan mufassirin terkait kandungan surat An-Nisa ayat 59, sebagiannya seperti tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaWahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNYA serta melaksanakan syariatNYA, laksanakanlah perintah-perintah Allah dan janganlah kalian mendurhakaiNYa, dan penuhilah panggilan rasulNYA dengan mengikuti kebenaran yang dibawanya, dan taatilah para penguasa kalian dalam perkara selain maksiat kepada Allah. Apabila kalian berselisih paham dalam suatu perkara diantara kalian,maka kembalikanlah ketetapan hukumnya kepada kitab Allah dan Sunnah rasulNYA, Muhammad , jika kalian memang beriman dengan sebenar-benarnya kepada allah dan hari perhitungan. Mengembalikan persoalan kepada al-qur’an dan assunnah itu adalah lebih baik bagi kalian daripada berselisih paham dan pendapat atas dasar pikiran belaka dan akan lebih baik akibat dan dampaknya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram59. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya! Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada rasul-Nya dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, dan taatlah kalian kepada para pemimpin kalian sepanjang mereka tidak menyuruh kalian berbuat maksiat. Apabila kalian berselisih paham tentang sesuatu, kembalilah kepada kitabullah dan sunah nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terkait masalah itu, jikalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir. Sikap kembali kepada kitab suci dan sunah itu lebih baik bagi kalian daripada mempertahankan perselisihan itu dan mengandalkan pendapat akal, serta lebih baik akibatnya bagimu.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah59. setelah Allah memerintahkan para pemimpin dan orang yang memiliki jabatan untuk bersikap adil terhadap rakyatnya, kemudian Allah memerintahkan para rakyat untuk taat kepada para pemimpin mereka; Dia berfirman taatilah Allah jalan hukum-hukumnya, dan taatilah Rasulullah dalam setiap perintahnya, serta taatilah setiap orang yang mengatur urusan kaum muslimin. jika kalian berselisih dengan pemimpin karya dalam suatu perkara agama maka kembalilah kepada Al-quran dan as-sunnah,sebab ini merupakan asas dari keimanan serta mengandung kesudahan yang yang lebih baik bagi kalian di dunia dan di dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah59. أَطِيعُوا۟ اللهَ وَأَطِيعُوا۟ الرَّسُولَ taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya Setelah Allah memerintahkan para qadhi dan penguasa apabila mereka memutuskan perkara diantara rakyatnya agar mereka memutuskannya dengan kebenaran, maka disini Allah memerintahkan para rakyat untuk mentaati pemimpin mereka. Dan hal itu didahului dengan perintah untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul, karena qadhi atau penguasa apabila menyelisihi hukum Allah dan rasul-Nya maka hukum mereka tidak berlaku. وَأُو۟لِى الْأَمْرِ dan ulil amri Mereka adalah para Imam, Sultan, Qadhi, dan semua yang memiliki kekuasaan yang syar’i dan bukan kekuasaan yang mengikuti thaghut. Yang dimaksud dengan ketaatan kepada perintah dan larangan mereka adalah dalam apa yang bukan kemaksiatan sebagaimana telah datang hadist dari Rasulullah tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah. Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud dengan ulil amri adalah para ulama al-qur’an dan fiqih yang menyuruh kepada kebenaran dan menfatwakannya sedang mereka memiliki ilmunya. فَإِن تَنٰزَعْتُمْ Kemudian jika kamu berlainan pendapat Yakni antara sebagian kalian dengan sebagian yang lain, atau sebagian kalian dengan para pemimpin. فِى شَىْءٍ tentang sesuatu Yang mencakup urusan-urusan keagamaan dan keduniaan. فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul Adapun mengembalikannya kepada Allah adalah dengan mengembalikannya kepada al-Qur’an, dan mengembalikannya kepada Rasul adalah dengan mengembalikannya kepada sunnah-sunnahnya setelah kematiannya, namun ketika ia masih hidup maka dengan bertanya dan meminta hukum dan putusan kepadanya. إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۚ jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Pengembalian hukum kepada Allah dan rasul-Nya merupakan suatu kewajiban bagi kedua belah pihak yang berselisih, dan ini merupakan salah satu sifat dari orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. ذٰلِكَ Yang demikian itu Isyarat ini ditujukan pada pengembalian hukum yang diperintahkan tersebut. خَيْرٌ lebih utama Yakni lebih utama bagi kalian. وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاdan lebih baik akibatnya yakni Allah dan Rasul-Nya adalah rujukan yang lebih baik daripada anggapan kalian bahwa apabila terjadi perselisihan kalian merujuk kepada selain Allah dan rasul-Nya. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah lebih baik balasan dan bahalanya.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 . { فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya” Ayat ini menunjukkan kesempurnaan wahyu Allah, karena jika hal itu bertolak belakang maka tidaklah Allah memerintahkan untuk kembali kepada wahyu-Nya. 2 . Pengingkaran tidak akan terjadi dalam rana umat islam kecuali mereka telah berselisih, maka dapat dipungkiri bahwa perseisihan dan perbedaan pandangan adalah satu hal yang lumrah tetapi Allah melalui firman-Nya menyampaikan kepada kita satu petunjuk yang membawa kepada keberuntungan, Allah berfirman { فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya" , karena dengan tindakan itu semuanya akan menjadi lebih baik { ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً } "Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya". 3 . { فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } Dan Allah tidak mengatakan و إلى الرسول ; karena sesungguhnya dengan kembali kepada al-qur’an sudah pasti kembali kembali Allah dan Rasul-Nya, dan apa yang Allah tetapkan hukumnya maka pada hakikatnya Rasulullah berhukum dengannya, dan apa yang Rasullah tetapkan hukumnya hakikatnya adalah hukum Allah, maka jika engkau mengembalikan suatu perkara yang kamu sedang berselisih tentangnya kepada Allah kitab-Nya maka kalian telah mengembalikan perkara tersebut kepada hukum Rasulullah, begitupun sebaliknya.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah59. Wahai orang-orang mukmin, taatlah kepada Allah dalam apa yang diturunkanNya dalam Al-Qur’an, taatlah kepada rasulullah dalam sesuatu yang tercantum dalam sunnah dengan tegas, dan taatlah kepada ulama’ yang memerintahkan kebaikan, serta para pemimpin dan orang yang punya otoritas dalam perkara yang mereka perintahkan berupa ketaatan kepada Allah dan kebaikan yang bersifat umum terkait masalah keduniaan. Ketika kalian berselisih dalam hal yang terkait urusan agama dan dunia, maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Al-Qur’an dan sunnah yang suci, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yaitu sesungguhnya hal itu merupakan tindakan orang yang beriman. Dan mengembalikan perkara tersebut kepada Al-Qur’an dan sunnah itu lebih baik bagi kalian di sisi Tuhan, dan merupakan tempat rujukan paling baik daripada kalian mengembalikannya kepada hawa nafsu kalian. Ayat ini turun untuk Abdullah bin Hudzafah yang diutus Rasulullah SAW secara dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahWahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta pemegang kekuasaan di antara kalian. Jika kalian berselisih} berselisih {tentang sesuatu, kembalikanlah} maka kembalikanlah keputusannya {kepada Allah dan Rasul} kepada kitab Allah dan sunnah Rasulullah SAW {jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya} akibat dan keuntungannya📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H59. Kemudian Allah memerintahkan untuk taat kepadaNya dan taat kepada RasulNya, yaitu dengan melaksanakan perintah keduanya yang wajib dan yang Sunnah, serta menjauhi larangan keduanya. Allah juga memerintahkan untuk taat kepada para pemimpin, mereka itu adalah orang-orang yang memegang kekuasaan atas manusia, yaitu para penguasa, para hakim, dan para ahli fatwa mufti, sesungguhnya tidaklah akan berjalan baik urusan agama dan dunia manusia kecuali dengan taat dan tunduk kepada mereka, sebagai suatu tindakan ketaatan kepada Allah dan mengharap apa yang ada di sisiNya, akan tetapi dengan syarat bila mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan kepada Allah, dan bila mereka memerintahkan kepada kemaksiatan kepada Allah, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah. Dan bisa jadi inilah rahasia dari dihilangkannya kata kerja “taat” pada perintah taat kepada mereka dan penyebutannya bersama dengan taat kepada Rasul, karena sesungguhnya Rasul tidaklah memerintahkan kecuali ketaatan kepada Allah, dan barangsiapa yang taat kepadanya, sesungguhnya ia telah taat kepada Allah, adapun para pemimipin, maka syarat taat kepada mereka adalah bahwa apa yang diperintahkan bukanlah suatu kemaksiatan. Kemudian Allah memerintahkan agar mengembalikan segala pekara yang diperselisihkan oleha manusia dari perkara-perkara yang merupakan dasar-dasar agama ataupun cabang-cabangnya kepada Allah dan RasulNya, maksudnya kepada kepada kitabullah dan Sunnah RasulNya, karena pada kedua hal itu ada keputusan yang adil bagi seluruh masalah yang diperselisihkan, yaitu dengan pengungkapannya secara jelas oleh keduanya atau secara umum atau isyarat atau peringatan atau pemahaman atau keumuman makna yang dapat diqiyaskan dengannya segala hal yang sejenis dengan keumuman makna tersebut, karena sesungguhnya di atas Kitabullah dan Sunnah RasulNya agama tegak berdiri, dan tidaklah akan lurus iman seseorang kecuali dengan mengimani keduanya, maka mengembalikan perkara kepada keduanya adalah syarat keimanan, karena itulah Allah berfirman, “Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian” hal ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak mengembalikan perkara-perkara yang diperselisihkan kepada keduanya, maka ia bukanlah seorang Mukmin yang hakiki, akan tetapi ia adalah seorang yang percaya thagut sebagaimana yang Allah sebutkan dalam ayat selanjutnya, “Yang demikian itu” yaitu mengembalikan kepada Allah dan RasulNya, “lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya,” karena sesungguhnya hukum Allah dan RasulNya adalah sebaik-baik hukum, seadil-adilnya, dan paling berguna bagi manusia dalam urusan agama, dunia, dam hasil akhirat mereka.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata {وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ} wa ulil amri minkum Ulil amri adalah para pemimpin dan ulama dari kalangan muslimin. {تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ} tanaaza’tum fii syai’ kalian berbeda pendapat dalam suatu perkara, setiap kelompok menginginkan merebutnya dari kelompok yang lain. {فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ} farudduu hu ilaallahi war Rasul kembali kepada kitab Allah dan Rasulnya. {وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً} wa ahsana ta’wiilaa sebaik-baiknya akibat, karena arti ta’wil perkara adalah sesuatu yang kembali kepada perkara tersebut pada akhirnya. Makna ayat Di Ayat yang kedua 59, kala Allah memerintahkan para pemimpin kaum muslimin untuk menunaikan amanah-amanah yang mana itu adalah berupa hak-hak para rakyat, menegakan hukum diantara mereka dengan adil, memerintahkan kaum mukminin agar taat kepada Allah dan kepada Rasul terlebih dahulu kemudian taat kepada para pemimpin. Allah berfirman {ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﺃﻃﻴﻌﻮا اﻟﻠﻪ ﻭﺃﻃﻴﻌﻮا اﻟﺮﺳﻮﻝ ﻭﺃﻭﻟﻲ اﻷﻣﺮ ﻣﻨﻜﻢ} “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan para pemimpin kalian” dan ketaatan kepada pemerintah adalah ketaatan yang terikat dengan hal yang makruf secara syariat; jika bukan hal yang makruf, maka tidak ada pilihan keuali taat kepada Allah. Berdasarkan sabda Rasul, “Ketaatan hanya dalam perbuatan makruf, tidak dinamakan sebuah ketaatan jika patuh kepada makhluk dalam berbuat maksiat pada sang Pencipta”. Firman Allah {ﻓﺈﻥ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻢ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻓﺮﺩﻭﻩ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﺮﺳﻮﻝ} “Apabila kalian berseteru dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul”, konteks ayat ini adalah umum untuk para pemimpin juga untuk rakyat. Kapanpun terjadi perselisihan dalam perkara agama ataupun dunia, wajib untuk dikembalikan kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah, diterima manis ataupun pahitnya yang diputuskan oleh Allah dan Rasul. Allah berfirman pula {ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻴﻮﻡ اﻵﺧﺮ} “Jikalau kalian itu beriman kepada Allah dan hari akhir”, dalam ayat ini terdapat penjelasan, bahwa iman akan berkonsekuensi dengan kepatuhan terhadap keputusan Allah dan Rasul-Nya. Faidah dari ayat ini adalah dengan mengembalikan perkara-perkara yang diperselisihkan kepada selain syariat adalah sebuah aib di dalam keimanan seorang muslim. Allah berfirman {ﺫﻟﻚ ﺧﻴﺮ ﻭﺃﺣﺴﻦ ﺗﺄﻭﻳﻼ} Allah menghendaki dari ayat itu agar manusia dalam hal permasalahan dan peradilan yang mana terdapat perbedaan pendapat di dalamnya, untuk kembali dan merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits. Itulah hal yang baik dan tempat rujuk yang baik yang mana akan memutus perdebatan dan melaju dengan penuh amanah persatuan dan cinta damai. Pelajaran dari ayat • Wajibnya ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada Nabi dan kepada para pemimpin kaum muslimin dari kalangan pemerintah maupun dari ulama. Karena patuh kepada Nabi termasuk ketaatan kepada Allah; dan patuh kepada pemimpin adalah termasuk taat kepada Nabi. Rasul ﷺ bersabda, “Barang siapa yang taat kepada diriku, maka dia telah taat kepada Allah. Siapa pun yang patuh kepada pemimpinku, maka telah patuh kepada diriku. Barang siapa berbuat durhaka kepadaku, maka telah durhaka kepada Allah; dan barang siapa berbuat durhaka pada pemimpin, maka telah berbuat durhaka kepada diriku.” • Wajibnya merujuk kepada Allah dan Hadits dalam perdebatan perihal akidah, ibadah dan peradilan. • Terciptanya hasil yang terpuji dan keadaan yang baik lagi bahagia bagi umat Islam yang telah merujuk kepada Al Quran dan Hadits dalam perdebatan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat An-Nisa ayat 59 Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada orang-orang yang berkuasa dari antara kamu. Maka sekiranya kamu berbantahan di satu perkara, hendaklah kamu kembalikan dia kepada Allah dan Rasul, jika adalah kamu beriman ke- pada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus ta’wil.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang ayat, "Athii'ullah wa athii'urrasuula wa ulil amri minkum," ia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimnya dalam suatu sariyyah pasukan kecil." Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Ali radhiyallahu 'anhu, ia berkata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimkan sariyyah dan mengangkat seorang Anshar sebagai pimpinannya dan memerintahkan mereka untuk menaatinya. Suatu ketika pimpinan itu marah dan berkata, "Bukankah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kamu menaatiku?" Mereka menjawab, "Ya." Pimpinan itu berkata, "Kalau begitu, kumpulkanlah kepadaku kayu bakar." Mereka pun mengumpulkannya. Pimpinan itu berkata, "Nyalakanlah api." Maka mereka menyalakan, lalu pimpinan itu berkata, "Masuklah kamu ke dalamnya." Mereka pun hampir mau melakukannya, namun sebagian mereka menahan sebagian yang lain, dan mereka berkata, "Sesungguhnya kami melarikan diri kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari api neraka." Mereka tetap seperti itu hingga api itu padam sehingga hilanglah kemarahan pimpinan itu, lalu disampaikanlah berita itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Beliau bersabda, "Jika sekiranya mereka masuk ke dalamnya, tentu mereka tidak akan keluar sampai hari kiamat. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang ma'ruf wajar." Dengan mengerjakan yang wajib maupun yang sunat dan menjauhi larangan. Termasuk ke dalam ulil amri adalah pemerintah, para hakim dan para mufti ulama. Hal itu dikarenakan, urusan manusia baik agama maupun dunia tidak akan baik kecuali dengan tunduk dan menaati mereka sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan sambil berharap pahala dari sisi-Nya. Tentunya dengan syarat mereka tidak memerintahkan maksiat. Jika memerintahkan maksiat, maka tidak boleh ditaati. Dalam ayat tersebut, ketaatan kepada ulil amri tidak disebutkan ulang sebagaimana ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Hal itu, karena ketaatan kepada ulil amri dengan syarat, yakni tidak memerintahkan maksiat. Faedah Apakah pemerintah yang zalim harus ditaati juga perintahnya jika bukan maksiat? Jawab Ya, pemerintah yang zhalim juga harus dita’ati dalam perkara yang ma’ruf bukan maksiat serta sanggup dikerjakan, berdasarkan sabda Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam أَلَا مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ مسلم “Ingatlah! Barang siapa yang dipimpin oleh seorang pemimpin, lalu ia melihat pemimpinnya melakukan sebuah kemaksiatan kepada Allah. Maka bencilah maksiat yang dilakukannya, namun jangan keluar dari keta’atan kepadanya memberontak.” HR. Muslim Baik dalam masalah ushuluddin dasar-dasar agama maupun furu' cabang-cabangnya. Karena di dalamnya terdapat penyelesai terhadap masalah khilafiyyah, baik dengan ketegasannya, keumumannya, isyaratnya, perhatian darinya, mafhum daripadanya atau dari keumuman maknanya, di mana semua yang masih samar diqiaskan dengannya. Oleh karena itu, orang yang tidak mengembalikan masalah kepada keduanya, bukanlah seorang mukmin yang sesungguhnya, bahkan ia sama saja beriman kepada thagut sebagaimana akan diterangkan dalam ayat selanjutnya. Daripada berkata menurut pendapatnya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nisa Ayat 59Agar penetapan hukum dengan adil tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka diperlukan ketaatan terhadap siapa penetap hukum itu. Ayat ini memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! taatilah perintah-perintah Allah dalam alqur'an, dan taatilah pula perintah-perintah rasul Muhammad, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh ulil amri pemegang kekuasaan di antara kamu selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak dapat dipertemukan, maka kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al-Qur'an, dan juga nilai-nilai dan jiwa tuntunan rasul dalam bentuk sunahnya, sebagai bukti jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu, maupun untuk kehidupan akhirat kelaksetelah menjelaskan bagaimana sikap yang harus diperankan oleh orang-orang beriman, maka ayat berikutnya menjelaskan sifat buruk yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Tidakkah engkau, wahai nabi Muhammad dan kaum muslim, memperhatikan dengan seksama dan cermat, bagaimana orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, yakni Al-Qur'an, dan juga beriman kepada apa yang diturunkan sebelummu, yakni taurat, zabur, dan injil' tetapi mereka, orang-orang munafik itu, masih menginginkan ketetapan hukum kepada thagut, padahal mereka telah diperintahkan oleh yang mahakuasa melalui kitab yang diturunkan-Nya, untuk mengingkari thagut itu. Dan sikap mereka seperti itu telah dipengaruhi oleh setan yang bermaksud menyesatkan mereka dari jalan Allah dengan kesesatan yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangDemikian beragam penjabaran dari para mufassirin mengenai isi dan arti surat An-Nisa ayat 59 arab-latin dan artinya, semoga membawa manfaat bagi kita. Bantulah usaha kami dengan memberikan link ke halaman ini atau ke halaman depan Yang Sering Dilihat Kaji berbagai halaman yang sering dilihat, seperti surat/ayat Al-Qadr, An-Naba, Seribu Dinar, Adh-Dhuha, Al-A’la, Al-Kafirun. Juga Al-Isra 32, Al-Fatihah, Yusuf 28, Al-Hujurat 13, Do’a Setelah Adzan, Al-Falaq. Al-QadrAn-NabaSeribu DinarAdh-DhuhaAl-A’laAl-KafirunAl-Isra 32Al-FatihahYusuf 28Al-Hujurat 13Do’a Setelah AdzanAl-Falaq Pencarian al ikhlas beserta artinya, surat al imran ayat 190, surat asy syam latin, qs al kahfi 1-10, al maidah ayat 48 latin Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا Yaaa aiyuhal lazeena aamanooo atee’ul laaha wa atee’ur Rasoola wa ulil amri minkum fa in tanaaza’tum fee shai’in faruddoohu ilal laahi war Rasooli in kuntum tu’minoona billaahi wal yawmil Aakhir; zaalika khairunw wa ahsanu ta’weelaa section 8 English Translation Here you can read various translations of verse 59 O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the Last Day. That is the best [way] and best in result. Yusuf AliO ye who believe! Obey Allah, and obey the Messenger, and those charged with authority among you. If ye differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if ye do believe in Allah and the Last Day That is best, and most suitable for final determination. Abul Ala MaududiBelievers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end. Muhsin KhanO you who believe! Obey Allah and obey the Messenger Muhammad SAW, and those of you Muslims who are in authority. And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger SAW, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. PickthallO ye who believe! Obey Allah, and obey the messenger and those of you who are in authority; and if ye have a dispute concerning any matter, refer it to Allah and the messenger if ye are in truth believers in Allah and the Last Day. That is better and more seemly in the end. Dr. GhaliO you who have believed, obey Allah and obey the Messenger, and the ones endowed with the command those in authority among you. So in case you contend together about anything, then refer it to Allah and the Messenger, in case you believe in Allah and the Last Day; that is most charitable most beneficial and fairest in interpretation. Abdul HaleemYou who believe, obey God and the Messenger, and those in authority among you. If you are in dispute over any matter, refer it to God and the Messenger, if you truly believe in God and the Last Day that is better and fairer in the end. Muhammad Junagarhiاے ایمان والو! فرمانبرداری کرو اللہ تعالیٰ کی اور فرمانبرداری کرو رسول صلی اللہ علیہ وسلم کی اور تم میں سے اختیار والوں کی۔ پھر اگر کسی چیز میں اختلاف کرو تو اسے لوٹاؤ، اللہ تعالیٰ کی طرف اور رسول کی طرف، اگر تمہیں اللہ تعالیٰ پر اور قیامت کے دن پر ایمان ہے۔ یہ بہت بہتر ہے اور باعتبار انجام کے بہت اچھا ہے۔ Quran 4 Verse 59 Explanation For those looking for commentary to help with the understanding of Surah An-Nisa ayat 59, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir. Ala-Maududi 459 Believers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger[89] if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end.[90] 89. This verse is the cornerstone of the entire religious, social and political structure of Islam, and the very first clause of the constitution of an Islamic state. It lays down the following principles as permanent guidelines 1 In the Islamic order of life, God alone is the focus of loyalty and obedience. A Muslim is the servant of God before anything else, and obedience and loyalty to God constitute the centre and axis of both the individual and collective life of a Muslim. Other claims to loyalty and obedience are acceptable only insofar as they remain secondary and subservient, and do not compete with those owed to God. All loyalties which may tend to challenge the primacy of man’s loyalty to God must be rejected. This has been expressed by the Prophet peace be on him in the following words There may be no obedience to any creature in disobedience to the Creator.’ Muslim, Iman’, 37; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 3, p. 472 – Ed. 2 Another basic principle of the Islamic order of life is obedience to the Prophet peace be on him. No Prophet, of course, is entitled to obedience in his own right. Obedience to Prophets, however, is the only practical way of obeying God, since they are the only authentic means by which He communicates His injunctions and ordinances to men. Hence, we can obey God only if we obey a Prophet. Independent obedience to God is not acceptable, and to turn one’s back on the Prophets amounts to rebellion against God. The following tradition from the Prophet peace be on him explains this Whoever obeyed me, indeed obeyed God; and whoever disobeyed me, indeed disobeyed God.’ Bukhari, Jihad’, 109; I’tisam’, 2; Muslim, Amarah’, 32, 33; Nasa’i, Bay’ah’, 27; etc. – Ed. We shall see this explained in more detail a little further on in the Qur’an. 3 In the Islamic order of life Muslims are further required to obey fellow Muslims in authority. This obedience follows, and is subordinate to, obedience to God and the Prophet peace be on him. Those invested with authority ulu al-amr include all those entrusted with directing Muslims in matters of common concern. Hence, persons invested with authority’ include the intellectual and political leaders of the community, as well as administrative officials, judges of the courts, tribal chiefs and regional representatives. In all these capacities, those invested with authority’ are entitled to obedience, and it is improper for Muslims to cause dislocation in their collective life by engaging in strife and conflict with them. This obedience is contingent, however, on two conditions first, that these men should be believers; and second, that they should themselves be obedient to God and the Prophet peace be on him. These two conditions are not only clearly mentioned in this verse they have also been elucidated at length by the Prophet peace be on him and can be found in the Hadith. Let us consider, for example, the following traditions A Muslim is obliged to heed and to obey an order whether he likes it or not, as long as he is not ordered to carry out an act of disobedience to God ma’siyah. When ordered to carry out an act of disobedience-to God he need neither heed nor obey. There is no obedience in sin; obedience is only in what is good ma’ruf. For these traditions see Bukhari, Ahkam’, 4; Jihad’, 108; Muslim, Amarah’, 39; Tirmidhi, Jihad’, 29; Ibn Majah, Jihad’, 40; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 2, pp. 17 and 142 – Ed. There will be rulers over you, some of whose actions you will consider good and others abominable. Who even disapproves of their abominable acts will be acquitted of all blame, and whoever resents them he too will remain secure from all blame; not so one who approves and follows them in their abominable acts. They the Companions asked Should we not fight against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they continue to pray.’ See Bukhari, Jihad’, 108 – Ed. This means that their abandonment of Prayer will be a clear sign of their having forsaken obedience to God and the Prophet peace be on him. Thereafter it becomes proper to fight against them. In another tradition the Prophet peace be on him says Your worst leaders are those whom you hate and who hate you; whom you curse and who curse you. We asked O Messenger of God! Should we not rise against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they establish Prayer among you not as long as they establish Prayer among you.’ See Muslim, Amarah’, 65, 66; Tirmidhi, Fitan’, 77; Darimi, Riqaq, 78; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 6, pp. 24, 28 – Ed. In this tradition the position is further clarified. The earlier tradition could have created the impression that it was not permissible to revolt against rulers as long as they observed their Prayers privately. But the latter tradition makes it clear that what is really meant by praying’ is the establishment of the system of congregational Prayers in the collective life of Muslims. This means that it is by no means sufficient that the rulers merely continue observing their Prayers it is also necessary that the system run by them should at least be concerned with the establishment of Prayer. This concern with Prayer is a definite indication that a government is essentially an Islamic one. But if no concern for establishing Prayer is noticed, it shows that the government has drifted far away from Islam making it permissible to overthrow it. The same principle is also enunciated by the Prophet peace be on him in another tradition, in which the narrator says The Prophet peace be on him also made us pledge not to rise against our rulers unless we see them involved in open disbelief, so that we have definite evidence against them to lay before God’ Bukhari and Muslim. 4 In an Islamic order the injunctions of God and the way of the Prophet peace be on him constitute the basic law and paramount authority in all matters. Whenever there is any dispute among Muslims or between the rulers and the ruled the matter should be referred to the Qur’an and the Sunnah, and all concerned should accept with sincerity whatever judgement results. In fact, willingness to take the Book of God and the Sunnah of His Messenger as the common point of reference, and to treat the judgement of the Qur’an and the Sunnah as the last word on all matters, is a central characteristic which distinguishes an Islamic system from un-Islamic ones. Some people question the principle that we should refer everything to the Book of God and the Sunnah of the Prophet peace be on him. They wonder how we can possibly do so when there are numerous practical questions involved, for example, rules and regulations relating to municipal administration, the management of railways and postal services and so on which are not treated at all in these sources. This doubt arises, however, from a misapprehension about Islam. The basic difference between a Muslim and a non-Muslim is that whereas the latter feels free to do as he wishes, the basic characteristic of a Muslim is that he always looks to God and to His Prophet for guidance, and where such guidance is available, a Muslim is bound by it. On the other hand, it is also quite important to remember that when no specific guidance is available, a Muslim feels free to exercise his discretion because the silence of the Law indicates that God Himself has deliberately granted man the freedom to make his decision. 90. Since the Qur’an is not merely a legal code, but also seeks to instruct, educate, admonish and exhort, the earlier sentence which enunciates a legal principle is followed by another which explains its underlying purpose and wisdom. Two things are laid down. First, that faithful adherence to the above four principles is a necessary requirement of faith. Anyone who claims to be a Muslim and yet disregards the principles of Islam involves himself in gross self-contradiction. Second, the well-being of Muslims lies in basing their lives on those principles. This alone can keep them on the straight path in this life, and will lead to their salvation in the Next. It is significant that this admonition follows immediately after the section which embodies comments about the moral and religious condition of the Jews. Thus the Muslims were subtly directed to draw a lesson from the depths to which the Jews had sunk, as a result of their deviation from the fundamental principles of true faith just mentioned. Any community that turns its back upon the Book of God and the guidance of His Prophets, that willingly follows rulers and leaders who are heedless of God and His Prophets, and that obeys its religious and political authorities blindly without seeking authority for their actions either in the Book of God or in the practice of the Prophets, will inevitably fall into the same evil and corruption as the Israelites. Ibn-Kathir 59. O you who believe! Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. If you differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. The Necessity of Obeying the Rulers in Obedience to Allah Al-Bukhari recorded that Ibn `Abbas said that the Ayah, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. “Was revealed about `Abdullah bin Hudhafah bin Qays bin `Adi, who the Messenger of Allah sent on a military expedition.” This statement was collected by the Group, with the exception of Ibn Majah At-Tirmidhi said, “Hasan, Gharib”. Imam Ahmad recorded that `Ali said, “The Messenger of Allah sent a troop under the command of a man from Al-Ansar. When they left, he became angry with them for some reason and said to them, `Has not the Messenger of Allah commanded you to obey me’ They said, `Yes.’ He said, `Collect some wood,’ and then he started a fire with the wood, saying, `I command you to enter the fire.’ The people almost entered the fire, but a young man among them said, `You only ran away from the Fire to Allah’s Messenger. Therefore, do not rush until you go back to Allah’s Messenger, and if he commands you to enter it, then enter it.’ When they went back to Allah’s Messenger , they told him what had happened, and the Messenger said, لَوْ دَخَلْتُمُوهَا مَا خَرَجْتُمْ مِنْهَا أَبَدًا، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Had you entered it, you would never have departed from it. Obedience is only in righteousness.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Abu Dawud recorded that `Abdullah bin `Umar said that the Messenger of Allah said, السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَة» The Muslim is required to hear and obey in that which he likes and dislikes, unless he was commanded to sin. When he is commanded with sin, then there is no hearing or obeying. This Hadith is recorded in the Two Sahihs. `Ubadah bin As-Samit said, “We gave our pledge to Allah’s Messenger to hear and obey our leaders, while active and otherwise, in times of ease and times of difficulty, even if we were deprived of our due shares, and to not dispute this matter leadership with its rightful people. The Prophet said, إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ فِيهِ مِنَ اللهِ بُرْهَان» Except when you witness clear Kufr about which you have clear proof from Allah.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Another Hadith narrated by Anas states that the Messenger of Allah said, اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌحَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَة» Hear and obey your leaders, even if an Ethiopian slave whose head is like a raisin, is made your chief. Al-Bukhari recorded this Hadith. Umm Al-Husayn said that she heard the Messenger of Allah giving a speech during the Farewell Hajj, in which he said; وَلَوِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌيَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللهِ، اسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا» Even if a slave was appointed over you, and he rules you with Allah’s Book, then listen to him and obey him. Muslim recorded this Hadith. In another narration with Muslim, the Prophet said, عَبْدًا حَبَشِيًّا مَجْدُوعًا» Even if an Ethiopian slave, whose nose was mutilated… In the Two Sahihs, it is recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said, مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي» Whoever obeys me, obeys Allah, and whoever disobeys me, disobeys Allah. Whoever obeys my commander, obeys me, and whoever disobeys my commander, disobeys me. This is why Allah said, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ﴾ Obey Allah, adhere to His Book, ﴿وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ﴾ and obey the Messenger, adhere to his Sunnah, ﴿وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ And those of you who are in authority in the obedience to Allah which they command you, not what constitutes disobedience of Allah, for there is no obedience to anyone in disobedience to Allah, as we mentioned in the authentic Hadith, إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Obedience is only in righteousness. The Necessity of Referring to the Qur’an and Sunnah for Judgment Allah said, ﴿فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ﴾ And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger. Mujahid and several others among the Salaf said that the Ayah means, “Refer to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger.” This is a command from Allah that whatever areas the people dispute about, whether major or minor areas of the religion, they are required to refer to the Qur’an and Sunnah for judgment concerning these disputes. In another Ayah, Allah said, ﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَىْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ﴾ And in whatsoever you differ, the decision thereof is with Allah. Therefore, whatever the Book and Sunnah decide and testify to the truth of, then it, is the plain truth. What is beyond truth, save falsehood This is why Allah said, u ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. meaning, refer the disputes and conflicts that arise between you to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment. Allah’s statement, ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. indicates that those who do not refer to the Book and Sunnah for judgment in their disputes, are not believers in Allah or the Last Day. Allah said, ﴿ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ That is better meaning, referring to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment in various disputes is better, ﴿وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً﴾ and more suitable for final determination. meaning, “Has a better end and destination,” as As-Suddi and several others have stated while Mujahid said, “Carries a better reward.” Quick navigation links
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 5nRcXzZacAMEfP87eFqzRjEKfHw9UL1Pm_3IJHqxLJQSfaJ5V4brMw==
Jakarta - Surah An Nisa merupakan surah ke-3 dalam Al-Quran yang jumlahnya ayatnya ada 176. Dinamakan An Nisa, karena di dalamnya menjelaskan tentang hukum fikih begitu, beberapa kandungannya juga menjelaskan tentang ketaatan kita kepada Allah SWT dan juga istilah ulil surah An Nisa Ayat 59, Arab-latin dan juga terjemahannyaيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاBacaan latin Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlāArtinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." QS. An Nisa 59"Taat artinya tunduk atau patuh kepada sesuatu atau kepada seseorang, setia, dan tidak melanggar aturan. Sedangkan aturan merupakan perilaku atau perbuatan yang telah ditetapkan dan harus dilakukan oleh seseorang," tulis buku "Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/MA Kelas XI" oleh Tim Ganesha bisa berasal dari Allah SWT, para rasul-Nya atau pemerintah dalam suatu negeri seperti raja, presiden, gubernur atau berbagai pimpinan dalam skala kecil apa istilah ulil amri?Melansir NU Online, Tafsir at-Thabari, sebuah kitab tafsir yang ditulis oleh ulama besar Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari dan banyak dirujuk oleh para mufassir berikutnya, menyebut bahwa ahli ta'wil berbeda pandangan tentang ulil kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah umara. Akan tetapi sebagian ulama, masih dalam kitab tafsir yang sama menyebut ulil amri itu ahlul ilmi wal fiqh mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqih.Imam al-Mawardi dalam kitab tafsir Tafsir al-Mawardi, jilid 1, h. 499-500 menjelaskan bahwa ulil amri memiliki 4 makna1. Umara pemimpinUmara disebut dengan pemimpin yang konotasinya untuk pemimpin keduniaan. Hal ini merujuk pada pendapat Ibn Abbas, as-Sady, dan Abu Hurairah serta Ibn Zaid dengan melihat asbabun-nuzul sebab turunnya ayat.2. Ulama dan FuqahaUlama dan fuqaha merujuk pada pendapat dari Jabir bin Abdullah, al-Hasan, Atha dan Abi Sahabat RasulullahUlil Amri dinisbahkan khusus kepada sahabat-sahabat 2 Sahabat Rasulullah SAWAda 2 orang sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar dan Umar Ibnul An-Nisa ayat 59 juga memerintahkan kepada kita untuk mengembalikan semua urusan dalam hidup kepada aturan yang telah ditetapkan Allah SWT Al-Qur'an dan rasul-Nya hadits jika terjadi perbedaan pendapat dalam memutuskan sebuah urusan di tengah masyarakat. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] lus/row
arti perkata quran surat an nisa ayat 59